Dalam beberapa tahun terakhir, tren penggunaan motor berkapasitas besar (moge) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dari jalanan perkotaan hingga jalur-jalur lintas provinsi, kehadiran moge menjadi pemandangan yang semakin umum. Tapi di balik raungan mesin dan tampilan yang gagah, muncul pertanyaan: apakah motor besar ini lebih merupakan bagian dari gaya hidup, atau benar-benar kebutuhan?
Antara Gaya dan Gengsi
Tak bisa dipungkiri, moge sering kali diasosiasikan dengan status sosial. Banyak pemiliknya berasal dari kalangan menengah ke atas yang menjadikan moge sebagai bagian dari gaya hidup—bukan sekadar alat transportasi. Merek-merek seperti Harley-Davidson, Ducati, Triumph, hingga BMW Motorrad menjadi simbol eksklusivitas dan prestise.
Komunitas pengguna moge juga memiliki budaya tersendiri. Touring, kumpul komunitas, hingga event-event khusus membuat penggunaan moge terasa lebih seperti lifestyle movement dibanding sekadar kebutuhan mobilitas. Motor gede bukan lagi sekadar kendaraan, tapi bagian dari identitas diri.
Performa Tinggi untuk Medan Panjang
Meski identik dengan gaya hidup, tak bisa diabaikan bahwa moge juga punya fungsi praktis, terutama untuk perjalanan jauh lintas kota dan provinsi. Kapasitas mesin besar membuat motor ini lebih stabil di kecepatan tinggi, lebih nyaman dikendarai dalam waktu lama, serta login rajazeus memiliki torsi besar yang cocok untuk melibas medan berat.
Pengendara yang sering melakukan perjalanan jarak jauh, seperti antar-pulau atau lintas Sumatera–Jawa, akan merasakan manfaat nyata dari mesin besar, dari sisi efisiensi waktu dan kenyamanan berkendara.
Tantangan: Iklim, Infrastruktur, dan Regulasi
Namun, menggunakan moge di Indonesia tidak selalu mudah. Infrastruktur jalanan yang tidak semua mulus, kemacetan kota besar, hingga iklim tropis yang panas membuat pengendaraan moge kurang ideal di beberapa situasi.
Selain itu, regulasi juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua moge bebas masuk jalan tol, dan biaya pajaknya relatif tinggi. Perlu juga SIM C1 atau C2 (berdasarkan kubikasi mesin), yang belum banyak dimiliki pengendara karena pengurusannya relatif baru dan belum merata.
Moge Lokal dan Alternatif Murah
Menariknya, kini mulai muncul alternatif moge lokal dengan harga lebih terjangkau, seperti Benelli, Viar, dan Gesits (untuk segmen motor listrik). Meski tidak sekelas moge Eropa atau Amerika, motor-motor ini tetap menawarkan desain bongsor dan performa cukup untuk penggunaan harian maupun touring ringan.
Hal ini membuka peluang bagi segmen menengah yang ingin menikmati sensasi berkendara moge tanpa harus mengeluarkan ratusan juta rupiah.
BACA JUGA: Ragam Modifikasi Motor Unik yang Viral di Media Sosial